WASIAT KE 7
HENDAKLAH MEMBALAS KEBURUKAN DENGAN KEBAIKAN
Hendaklah engkau menjadi orang yang berakhlak mulia dan teguh pendirian dalam menghadapi orang yang membalas kebaikanmu dengan keburukan.
Seorang penyair berkata:
Jadilah engkau orang yang berakhlak dengan akhlak yang mulia
Agar wangi pujianmu harum semerbak
Dan berbuatlah sesuatu yang bermanfaat untuk kawanmu jika engkau ingin tetap ia tetap menjadi kawanmu
Dan balaslah musuhnmu dengan sikap yang baik.
Dan beradalah engkau selalu bersama Allah
Seakan-akan tidak ada makhluk lain bersamamu
Dan beradalah bersama makhluk-makhluk seakan-akan engkau tidak memiliki nafsu
Zuhudlah terhadap dunia, pasti Allah mencintaimu, zuhudlah engkau terhadap apa yang ada di tangan orang, pasti engkau dicintai orang.
Janganlah engkau bersedih hati, jangan berduka, jangan pula susah dan janganlah cemas karena berpalingnya orang-orang darimu dan kritikan-kritikan atau rintangan yang mereka lancarkan terhadapmu dikarenakan maksud-maksud yang baik yang engkau tujukan kepada mereka dengan mengharapkan Keridhoan Allah yang Maha Mulia, yang sebenarnya maksud-maksud baikmu itu akan membawa manfaat bagi orang-orang secara khusus maupun umum. Namun orang-orang tersebut justru tidak mendukungmu dan mencegah serta merintangimu. Itu merupakan perbuatan Setan yang ingin membuat orang-orang jauh dari segala hal yang memberi kemashlahatan dan manfaat kepada mereka. Sebab setan benci terhadap kerukunan kaum muslimin, solidaritas (rasa kesetiakawanan) mereka serta persatuan dan kesatuan mereka.
Hati-hatilah engkau, janganlah berkeluh kesah atau merasa bosan atau jemu karena sikap mereka terhadapmu. Atau mungkin nafsumu berkata kepadamu: “Bagaimana engkau bersunguh-sunguh dala melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka sedangkan mereka menentangmu, bahkan tidak berterimakasih kepadamau”. Hati-hatilah terhadap sikap seperti itu karena itu memang tabiat manusia, sekalipun dalam hubungannya dengan Allah yang Maha Agung lagi Maha Tinggi. Padahal Dialah Allah yang menciptakannya dan memberinya rezeki. Tidaklah engkau menyimak firman Nya :
“Binasalah manusia, alangkah amat sangat kekafirannya?” (QS. `Abasa:17)
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterimakasih kepada Tuhannya”. (QS. Al-`Aadiyat:6)
“Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh as di waktu itu dia berkata kepada kaumnya :”Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah lah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku”. (QS. Yunus:71)
Dan juga Hud as, serta nabi Shaleh as bersama kaum mereka. Juga Nabi Ibrahim as dengan Namrud dan abi beliau sendiri (yakni Azar), Nabi Ya`kub dengan saudaranya, Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya. Nabi Ayyub as dengan musibah yang menimpanya. Nabi Musa as dengan Bani Israil setelah mereka selamat dari laut merah, dan setelah mereka mendengar Firman Allah ketika mereka berkata (kepada Musa as): “Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan terang-terangan”, dan beberapa peristiwa-peristiwa lainnya yang menimpa mereka. Nabi Isa as dengan `Ashabul Maidah dan kaumnya yang lain. Dan juga Sayyidina Muhammad saw dengan kaumnya dan dengan para sahabatnya seperti yang terjadi pada perjanjian Hudaybiyah dan pada saat pembagian harta rampasan perang (sebagaimana yang diriwayatkan, saat itu ada seorang arab badui yang memprotes cara pembagian yang dilakukan oleh Rasulullah saw). Sehingga nabi saw bersabda: “Semoga Allah merahmati saudaraku Musa as. Sungguh dia telah dicoba dengan cobaan yang lebih dari ini dan dia mampu bersabar.”
Kemudian (renungkanlah) yang terjadi pada Abu Bakar Ash Shiddiq ra. Setelah wafatnya Rasulullah saw dengan para sahabat yang lain, dan begitu juga dengan golongan orang-orang yang murtad. Lalu (renungkanlah pula) apa yang terjadi pada para sahabat ra yakni berupa sikap kasar dari orang-orang terhadap mereka. Kemudian apa yang terjadi pada Tabi`in serta para pengikut mereka hingga zaman kita ini. Maka engkau dapat mengambil suri tauladan dari mereka-mereka itu.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah saw itu suri tauladan yang baik bagimu”. (QS. Al-Ahzab:21)
Dan sungguh aku telah melihat bahwa Al-Faqih Al-allamah Sayyid Umar Bin Abdullah Bamakramah telah mengisyaratkan tentang hal-hal tersebut diatas dalam sebuah Qashidahnya yang awalnya berbunyi :
Wahai sahabat karibku, telah parah keadaan-ku
Sedang aku tak ingin melakukan rekadaya
Rekadaya hamba adalah sedikit sekali dalam urusan yang telah ditakdirkan Allah
Oleh karena itu renungkanlah dan pahamilah nasihat-nasihat tersebut, maka Insya Allah engkau akan memperoleh petunjuk.
Jumat, 25 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar